DONGENG KEBENARAN DAN KEBOHONGAN


DONGENG KEBENARAN DAN KEBOHONGAN
Lukisan karya Jean-Leon Gerome berjudul The Truth Coming Out of The Well (1896).
Koleksi Museum Moulins, Allier, Perancis.

PADA abad ke-19, menurut sebuah legenda, Kebenaran bertemu Kebohongan.
“Ini hari yang luar biasa,” kata Kebohongan kepada Kebenaran.
Kebenaran melihat ke langit, dan mendesah. Hari ini memang benar-benar indah, kata Kebenaran kepada dirinya sendiri. Cahaya matahari membilas wajahnya. Berkilauan.
Mereka menghabiskan waktu bersama-sama, hingga akhirnya tiba di sebuah sumur.
“Air itu sangat bagus. Mari kita mandi bersama-sama,” kata Kebohongan kepada Kebenaran.
Kebenaran tampak curiga. Ia sekali lagi memastikan air dan sumur tersebut. Kepalanya mendongak ke bawah sumur.  Tampak air yang jernih kehijauan.
Sungguh bagus, kata Kebenaran masih kepada dirinya sendiri.
Saat itulah, tanpa ba-bi-bu, Kebohongan loncat setelah menanggalkan seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya.
Byuuuurr.
Kebenaran mengikuti Kebohongan. Meloncat ke dasar sumur.
Selang beberapa waktu, Kebohongan kembali ke permukaan sumur meninggalkan Kebenaran yang masih di dasar. Kebohongan lekas memakai pakaian Kebenaran dan kabur.
Kebenaran marah ketika menyadari apa yang baru saja terjadi. Lalu Kebenaran keluar dari sumur dan mencari Kebohongan yang mencuri pakaiannya. Kebenaran mencari Kebohongan tanpa busana. Telanjang.
Sejak saat itu, dunia melihat Kebenaran telanjang dengan tampak wajah yang marah dan rasa penghinaan. Hari, minggu, bulan dan tahun—bergerak amat cepat, dan Kebenaran masih telanjang mencari pakaiannya yang dicuri Kebohongan. Akhirnya, dengan penuh sesal dan entah apa yang harus diperbuat, Kebenaran kembali ke sumur—menghilang selamanya dan bersembunyi di dalamnya.
Kebenaran menanggung rasa malu.
Sejak itu pula, Kebohongan berjalan-jalan di atas dunia dengan pakaian Kebenaran dan menemui banyak orang, dari satu generasi ke generasi lainnya. Sehingga semua orang puas. Akhirnya kita menyebut Kebohongan sebagai kebenaran dan melupakan Kebenaran. Kita tak lagi ingat bahwa yang disebut Kebenaran ialah Kebohongan yang memakai pakaian Kebenaran.
Kasihan Kebenaran. Sendirian. Mungkin sebagian dari kita telah melupakannya.
Di titik inilah, mungkin slogan Don’t judge a book by its cover bermula. Padahal saya membeli buku selalu melihat sampulnya.[]@cheprakoso

Jatikramat, 2018

Komentar

Postingan Populer