SEANDAINYA SAYA SEORANG YAHUDI
SEANDAINYA SAYA SEORANG YAHUDI
Koleksi: reddit(dot)com |
Syahdan, Perdana Menteri Israel Shimon Peres menemui Presiden Indonesia saat itu,
Abdurrahman Wahid a.k.a Gus Dur. Di
Istana Merdeka, Jakarta, mereka berbincang.
“Pak
Peres, katanya negeri sampeyan kan
kaya raya. Impor kutang (Beha alias BH alias bra) dari Perancis,” kata Gus Dur
saat usai makan siang.
“Kenapa
Pak Gus?” tanya Peres penasaran.
“Saat
kutang yang diimpor dari Perancis itu datang, potonglah kutang tersebut jadi dua
bagian,” Gus Dur menjelaskan dengan raut wajah yang serius sekaligus kekenyangan.
Pak Peres menyimak. Makin penasaran.
“Nah,
setelah dipotong jadi dua, baru dijual. Kutang yang aslinya hanya bisa dipakai
satu orang, di negeri Pak Peres bisa dipakai dua orang, asal dipotong dulu. Dan
itu artinya bisa mendatangkan untung dua kali lipat, kan Pak Peres. Jangan
lupa, tali-tali pengikatnya dibuang dulu,”
“Mana
bisa kutang dipotong jadi dua dan mendatangkan untung berlipat?” Rasa penasaran
Pak Peres makin membuncah. Gus Dur tetap woles saja. Ia melanjutkan
penjelasannya.
“Ya
kan kalau sudah jadi dua, namanya bukan kutang lagi. Kalian bisa memakai kutang
sebagai topi untuk pergi ke tembok ratapan,” terang Gus Dur.
“Kaleeeebbbbb!" umpat Pak Peres yang
dibarengi dengan derai tawa terbahak-bahak. 'Kaleb' dalam bahasa Ibrani artinya Anjing. Sementara topi yang
dimaksud bernama Kippah.
Cerita
di atas saya baca dari salah satu esai sastrawan Ahmad Tohari. Cerita tersebut
selalu muncul di kepala saban saya tidak bisa tidur, padahal esok ialah Senin—hari
dimana saya memulai kerja.
Omong-omong Senin dan kerja, saya selalu ingat Yahudi. Konon seperti kerja kantoran, Tuhan membutuhkan 5 hari untuk menciptakan
alam semesta, dan hari ke-6 menciptakan manusia. Lalu hari ke-7 Tuhan berhenti
atau istirahat atau leyeh-leyeh. Kisah ini tertuang di Kitab Perjanjian Pasal
1.
Olehnya
tradisi Yahudi mengenal hari Shabbat, שבת
yang berarti ‘Berhenti Bekerja’ atau ‘Istirahat’. Sebagaimana tertuang dalam
Yudaisme, Shabbat dirayakan dari saat sebelum matahari terbenam pada hari Jumat
hingga tibanya malam pada hari Sabtu. Jadi Shabbat adalah hari untuk orang
berhenti bekerja, dengan implikasinya beristirahat.
Pada
hari Shabbat orang Yahudi menyajikan makanan yang berlimpah sebanyak tiga kali
setelah kebaktian di Sinagoga selesai: pada Jumat malam, Sabtu tengah hari, dan
Sabtu sore sebelum Shabbat berakhir. Shabbat ialah hari dimana kekhusukan
ibadah bertautan dengan keriangan bersosial.
Seandainya
saya seorang Yahudi, karena terlampau sering bekerja di hari Shabbat, Yahweh,
Tuhan bagi orang Yahudi, tidak mengampuni saya dan menolak semua doa dan
permohonan maaf saya di Tembok Ratapan. Seandainya saya seorang Yahudi , saya
akan memilih berhenti dan beristirahat di hari Shabbat—sekalipun saya akan dipecat
dari pekerjaan. Itu wujud ketaatan sebagai kaum Nabi Musa.
“Tuhan
saja perlu istirahat (bekerja), mosok saya tidak?” jawab saya bila atasan
mencecar alasan mengapa saya bolos kerja di hari Shabbat.
Tapi
saya bukan orang Yahudi. Saya tetap sering bekerja di hari Sabtu atau Shabbat.
Saya sedih karena saya tetap bekerja di hari Tuhan berhenti atau istirahat.
Meskipun saya akan berusaha untuk tidak bekerja di hari Sabtu atau Shabbat.
Walau saya bukan seoraang Yahudi.
Selamat
bekerja, besok Senin! Ingat, You Dont Hate Monday and Jews, You Hate... (Silahkan lihat gambar tulisan ini)[] @cheprakoso
Jatikramat, Januari 2019
Komentar
Posting Komentar