BERMAIN CATUR (ONLEN) BERSAMA PECATUR NEGERI PAK TROTSKY


BERMAIN CATUR (ONLEN) BERSAMA PECATUR NEGERI PAK TROTSKY
Sebuah pos dijadikan arena permainan catur di wilayah Patal, Jalan Agus Salim, Kota Bekasi
Kredit Foto: @cheprakoso | 2019
“TUJUH DARI SEPULUH orang Rusia pasti jago main catur,” kata Izmalov kepada saya saat menjalankan bidak kuda ke area pertahanan saya.
Izmalov, begitu nama akunnya, lawan catur saya beberapa hari yang lalu. Saya memakai bidak berwarna putih sedangkan Izmalov memilih bidak berwarna hitam. Saya memulai permainan dengan menjalankan bidak pion yang di depan bidak raja sejauh dua langkah. Lalu Izmalov merespon menjalan bidak pion yang di depan bidak menteri satu langkah. Saya menjalankan bidak menteri menyerong dan mengarah ke bidak rajanya. Direspon Izmalov dengan menggerak bidak kuda di sisi kanan bidak rajanya ke arah depan. Kemudian saya menggerakkan bidak peluncur putih ke sisi kiri—mengarah ke kotak persis di depan bidak raja Izmalov yang dari arah yang berbeda bidak menteri yang tadi saya jalankan pun mengarah ke titik yang sama. Namun direspon Izmalov dengan simpel saja, ia menggerakkan bidak menterinya maju satu langkah. Demikian rencana “tiga langkah mati” saya gagal.
Your strategy is too old, dude! Too predictable.” kata Izmalov dengan emoji tersenyum. Kami melanjutkan pertandingan. Sambil terus bertanding, saya iseng wawancara informal melalui kolom pesan yang disediakan aplikasi permainan catur onlen tersebut.
Izmalov asli Rusia yang sekarang tinggal di Belanda. Saya menduga usianya baru awal tiga puluhan. Ia tinggal di kota Haarlem sejak empat tahun yang lalu. Ia sedang melanjutkan studi master di University in Haarlem jurusan Creative Business. Ia tinggal di sebuah pavilium tak jauh dari kampusnya. Ia tinggal bersama sejumlah rekan Rusianya—yang kebanyakan juga mahasiswa.
Pada liburan Natal dan Tahun Baru, Izmalov memilih tidak pulang ke Rusia. Ia berasal dari kota Murmanks, sebelah barat laut Rusia. Sepenelusuran dari Google, kota Murmanks berbatasan langsung dengan negara Norwegia dan Finlandia, yang dipisahkan oleh Laut Barents. “Bukan waktu yang tepat,” jawab Izmalov ketika saya cecar alasannya tidak pulang ke Maurmanks akhir tahun ini. “Saya tidak ingin liburan sekedar di dalam rumah,” lanjutnya disertai emoji terpingkal. Saya menduga ini berkaitan dengan cuaca di Rusia yang ekstrem di musim dingin.
Menurut Izmalov selain minum wine di sore hari, orang Rusia gemar main catur. Wine bisa menghangatkan badan dan catur bisa melawan kebosanan dan penuaan dini, katanya. Masih menurut Izmalov, kepiawaian orang Rusia bermain catur memiliki catatan sejarah yang panjang. Bahkan jauh sebelum negeri itu bernama Uni Soviet.
“Silahkan kamu cek sendiri di buku sejarah,” katanya ketika tahu bahwa saya studi sejarah. Seusai menutup bidak rajanya dengan bidak kuda ketika saya me-skak.
Tidak lama dari itu, bidak menteri saya terdesak. Dan dua langkah kemudian dimakan peluncur. “Sialan!” tulis saya di kolom pesan. Izmalov hanya mengirim emoji tertawa. Saat itulah bidak kudanya mengarah ke area pertahanan saya.
Berdasarkan data yang saya himpun dari FIDE(dot)Com per Desember 2019, Rusia berdiri kokoh di peringkat pertama dari 186 negara dengan jumlah poin 2.739 meninggalkan Amerika Serikat (2.714) di peringkat kedua dan Tiongkok (2.704) di peringkat ketiga. Sedangkan di daftar nama pecatur, masih melansir laman Federasi Catur Internasional itu, pecatur asal Rusia mendominasi peringkat 100 besar. Sekitar ada 30an pecatur Rusia (ini belum lagi ditambah dengan pecatur asal bekas wilayah Soviet seperti Azerbaijan, Ukraina, Belarusia dll).
“Apakah catur mengingatkanmu dan orang Rusia secara umun kepada perang?” tanya saya kepada Izmalov.
Izmalov lama tidak membalas pesan saya. Tampaknya ia sedang berpikir bagaimana cara agar bidak kudanya bertahan sementara terus saya desak dengan bidak peluncur. Sedari awal permainan, saya tahu Izmalov amat mengandalkan kedua bidak kudanya. Tiba-tiba ia menggerakkan bidak menterinya untuk mengancam pertahanan saya.
Kredit Foto: @cheprakoso
“Lebih daripada perang,” katanya. “Catur selalu mengingatkan orang Rusia kepada perdagangan, percintaan, pekerjaan, dan hal-hal yang membutuhkan pemikiran.”
“Apa di dunia ada hal yang tanpa pemikiran?”
“Tentu saja ada. Rusia ketika era Stalin,”
Membaca balasan Izmalov itu segera saya terpingkal. Bahkan menyertai emoji sebanyak jempol saya mampu mengetiknya.
“Apa yang kamu ketahui tentang Stalin?”
Kali ini saya yang lumayan lama membalasnya. Saya berpikir keras agar bidak raja saya tidak terdesak ke ujung papan. Sebab bidak benteng Izmalov sudah membatasi area permainan saya.
Usai membuat blokade dengan bidak benteng, saya menjelaskan yang saya ketahui mengenai Stalin—yang sebagian besar saya himpun dari ingatan saya membaca buku Revolusi Permanen dan Revolusi yang Dikhianati (keduanya telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia) karya Leon Trotsky. Dan sudah saya duga, ia kaget ketika saya menyebut nama Trotsky dan judul dua bukunya, tentu saja.
“Saya tidak menyangka nama Trotsky dikenal di negeri seperti Indonesia, Holden.” kata Izmalov kepada saya—akun catur onlen saya memang bernama Holden, dan saya memperkenakkan diri sebagai Holden bukan Tyo apalagi @cheprakoso. Saya ingin membahas lebih lanjut bahwa Indonesia, pada masanya, memiliki parta komunis terbesar nomor tiga setelah Rusia dan China. Bahkan hampir seluruh pendiri negara ini membaca Marxisme. Namun semua itu saya urungkan, karena saya tahu saya sedang bermain catur bukan mengajar matapelajaran sejarah perminatan. Dan saya juga tahu, Izmalov adalah mahasiswa magister di negeri Belanda sedangkan saya masih mengumpulkan keberanian dan biaya untuk melanjutkan studi magister, selain keberuntungan tentu saja.
Satu per satu bidak pion saya habis dipreteli bidak menterinya. Itu membuat saya makin terdesak. Namun Izmalov sepertinya enggan menyudahi permainan—padahal ada peluang dua kali langkah me-skak mati saya. Saya menduga Izmalov masih ingin berlama-lama ngobrol dengan saya.
Kredit Gambar: IMP Award
“Kamu sudah nonton film Pawn Sacrifice (2014)?” tanya saya kepada Izmalov.
Izmalov menjawab sudah, tapi ia tidak terlalu suka dengan film tersebut. Ia menjelaskan bahwa terlampau bias dan menyudutkan Rusia di film tersebut. Menurutnya, Edward Zwick sebagai sutradara tidak berimbang dalam pengisahan. Ia terlampau fokus pada Bobby Fischer (diperankan oleh Tobey Miguire) ketimbang Boris Spassy (diperankan oleh Liev Schreiber).
Saya mendebat bahwa memang film itu adalah autobiografi dari Bobby Fisher yang pertandingannya dengan Boris Spassy, legenda catur Soviet, pada tahun 1972 menjadi pemanjangan Perang Dingin antara Amerika Serikat vs Uni Soviet.
Di titik itu saya pun segera meyakini juga, bahwa bagi orang Rusia catur lebih daripada sebuah (filosofi) perang apalagi permainan, sebagaimana Izmalov jelaskan. Kemudian pun saya ingat salah satu novel George Orwell yang bercerita tentang sahabatnya bernama Boris. Mereka melalui hari-hari yang suram tanpa uang dan makanan dengan bermain catur. Hingga akhirnya Izmalov tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan: ketika bidak menteri memakan sebuah bidak pion, bidak raja saya tidak bisa berjalan atau kabur kemana-mana lagi, dihadang oleh bidak benteng dan bidak pion di kanan-kirinya. Skak mati.
Permainan usai. Begitu pun wawancara informal melalui kolom pesan itu. Izmalov mendapat 9 poin. Saya kehilangan 1 poin. Tapi saya mendapatkan lebih banyak daripada sekedar poin. Kamu tahu kan apa yang saya dapatkan? [] @cheprakoso

Komentar

Postingan Populer