KISAH CINTA MILENIAL XV

KISAH CINTA MILENIAL XV
Kredit Gambar: Pinterest (dot) com

“KAMU TAHU MAKANAN apa yang sedang hits di Papua?” tanya kekasihmu ketika tiba di pintu kedatangan bandara. Sudah lebih enam bulan ia menjadi juru masak di restoran wilayah Timika, Papua. Sore itu kamu menjemputnya dan kamu akan memberi kejutan kepadanya.

Tanpa menunggu jawabanmu, ia menjawab pertanyaannya sendiri. “Bakso,” katanya sambil cengengesan.

Kalian melewati mesin pemeriksaan barang bawaan dan meraih tas kopper. Kemudian lalu-lalang manusia dengan tas kopper dan barang bawaannya.  Di titik itulah, sambil berjalan menuju tempat parkir dan menggenggam tanganmu, ia bercerita.

“Orang Papua bisa makan bakso tiga sampai empat kali dalam sehari. Dan harga satu mangkok bakso tiga puluh sampai empat puluh ribu. Kamu bisa hitung berapa uang satu hari yang harus dikeluarkan hanya untuk bakso.”

Di kisi-kisi cerita kekasihmu, kamu seperti membayangkan sesuatu. Mungkin sejumlah makanan yang sedang ngehits di wilayahmu. Dari sosis dibalut kentang dan di dalamnya terdapat keju lumer, es serut cokelat dengan berbagai macam taburan hingga makanan aneh yang sulit diidentifikasi jenisnya antara makanan pembuka atau makanan utama. Sementara di ujung Timur wilayahmu makanan yang sedang ngehits adalah bakso—makanan yang di wilayahmu telah beragam jenis variannya. Di titik itu kamu antara ingin tertawa atau sedih mendengar kabar pertama dari kekasihmu. Kamu tak pernah bisa membayangkan kehidupan kekasihmu selama enam bulan pertamanya di Papua. Kamu mulai ragu dengan kejutanmu.

“Kenapa harga bakso masih sebegitu mahal?” tanyamu dilengkapi sejumlah berita pembangunan dan lainnya dan lainnya dan lainnya di Papua yang kamu ketahui dari media sosial.

“Apa kamu bisa membayangkan bakso dengan daging babi? Orang Papua tak pernah bisa membayangkan daging babi diolah selain dibakar dengan batu, Sayang.”

Kamu ingin tertawa. Tapi diurungkan. 

Kalian tiba di ruang area merokok. Ruang itu penuh dengan sejumlah manusia. Juga beragam aktivitas selingannya. Kekasihmu mengeluarkan bungkus rokok dan meloloskan sebatang dan membakarnya. Kamu pun melakukan hal yang sama dari bungkus rokok yang berbeda.

“Suatu ketika seorang pemuda Papua tiba di Pulau Jawa,” kekasihmu mulai bercerita dan kamu hanya menyimaknya. Saya tuliskan kisah itu tanpa kalimat langsung. Begini: Sebut saja namanya Martinus Fakdawer. Fakdawer ingin melanjutkan kuliah di kampus negeri di kota Malang. Karena kerajingan makan bakso di kampung halamannya, di Timika, ia ingin mencoba tempat bakso terenak di kota tersebut. Suatu hari, ketika ia berhasil ujian dan diterima di kampus yang diinginkannya, ia menraktir makan bakso seluruh rekan-rekan yang dikenalnya di kota Malang. Akhirnya mereka makan di Bakso de Stadion Kota Malang. Tiba di lokasi, Fakdawer terkesima dengan beragam bentuk dan varian jenis bakso. Akhirnya ia memilih bakso beranak. Tanpa bertanya ke rekan atau penjualnya. Ia yakin itu varian bakso yang enak. Mangkok bakso beragam varian tiba di depan rekan-rekannya dan Fakdawer sendiri. Seusai menambahi saus dan sambel, Fakdawer mulai memotong butir bakso yang berukuran besar. 

“Aduh, Kakak, siapa biking bakso beranakkah?” kata Fakdawer yang tampak terkesima melihat ada bakso di dalam bakso. “Rupanya tidak hanya Bunda Maria yang bisa beranak tanpa ayah, bakso pun bisa....”

Kamu ketawa mendengar kisah itu. Dan kalian menghembuskan asap rokok hampir bersamaan. 

“Kisah Fakdawer itu benar adanya atau karanganmu?” tanyamu sambil mematikan batang rokok yang baru setengah. Belum menjawab, kekasihmu mematikan bara rokoknya juga. Lalu melangkah ke luar ruang area merokok.

Kalian melangkah ke arah lobi dan memanggil sebuah taksi. Beberapa taksi melewati kalian. “Bajingan!” kekasihmu memaki kepada sejumlah orang yang mendahului antreanmu. Hingga akhirnya taksi ke lima, kalian baru bisa membuka pintu belakang, menaruh kopper di bagasi, dan duduk. “Tol Barat Bekasi, Pak.” Kata kekasihmu kepada sopir.

“Apa aku harus menjawab pertanyaanmu?” kata kekasihmu kepadamu. Kamu tersenyum. Dan kalian berciuman. Kamu tahu ini saat yang tepat untuk memberi kejutan kepadanya. Saya pun tidak tahu apa kejutan itu. Semoga saya tidak terkejut.[] @cheprakoso. 

Komentar

Postingan Populer